Anatomi Saluran Pernapasan
Saluran pernapasan atau tractus respiratorius (respiratory tract) adalah bagian tubuh manusia yang berfungsi sebagai tempat lintasan dan tempat pertukaran gas yang diperlukan untuk proses pernapasan. Saluran ini berpangkal pada hidung atau mulut dan berakhir pada paru-paru. Udara yang diisap pada waktu menarik napas (inspirasi) biasanya masuk melalui lubang hidung (pares) kiri dan kanan. Pada saat masuk, udara disaring oleh bulu hidung yang terdapat di bagian dalam lubang hidung.
Setelah itu, udara pernapasan masuk ke dalam rongga hidung kiri dan kanan. Rongga hidung kiri dan kanan dipisahkan oleh sekat atau septum nasi. Septum ini dibentuk oleh tulang di bagian sebelah dalam dan oleh tulang rawan di sebelah luar. Karena terbuat dan tulang rawan, hidung masih bisa digerakkan ke kiri-kanan. Tetapi, jika gerakan itu dilakukan dengan kasar, sekat atau septum akan bergeser dari tempatnya (deviatio septa). Keadaan ini tidak menguntungkan karena biasanya menyebabkan timbulnya gejala hidung tersumbat. Deviatio juga dapat terjadi pada seorang petinju yang terpukul hidungnya sehingga biasanya dilakukan operasi pencabutan tulang rawan itu.
Di dalam rongga hidung, udara mengalami penyesuaian temperatur dan kelembapan. Proses ini dilakukan melalui keberadaan sekat rongga hidung atau concha nasalis. Di suatu rongga hidung (kiri atau kanan) terdapat 3 buah conchae yang membagi rongga itu menjadi 3 bagian pula. Udara yang terlalu panas akan diturunkan temperaturnya dan yang terlalu dingin akan dihangatkan pada saat melewati concha dan dinding rongga hidung.
Pada orang-orang yang alergi terhadap debu atau udara dingin, debu akan merangsang selaput lendir sehingga terjadi produksi berlebihan dari lendir itu. Keadaan ini dinamakan rhinitis allergica, suatu kondisi yang mirip dengan rhinitis vasomotorica yang lebih banyak disebabkan oleh gangguan pada pembuluh darah yang terkena udara dingin. Nama rhinitis menunjukkan penyakit pada hidung, sedangkan pilek atau common cold adalah nama untuk penyakit infeksi pada hidung. Rangsangan yang berkepanjangan dapat menyebabkan pertumbuhan tidak normal pada selaput lendir hidung yang dinamakan polip.
Kemampuan penyesuaian temperatur ini tentu ada batasnya. Pada saat seseorang bernapas di ruang yang sangat panas, hidung tak akan mampu menurunkan temperatur sehingga is akan mengisap udara panas yang dapat menyebabkan luka bakar di pantparu. Ketika seseorang mengisap udara dingin, kejadian yang sama juga terjadi, tetapi dalam kondisi yang lebih terjaga. Seseorang dapat mengalami bahaya kebakaran mendadak tetapi jarang mengalami bahaya kedinginan yang mendadak.Oleh karena itu, biasanya seseorang akan sudah mempersiapkan diri ketika memasuki tempat dingin.
Walaupun demikian, risiko mengisap udara dingin sering kali tak dapat chhindarkan walaupun dalam kadar yang tidak membahayakan. Sebagai akibat kontak dengan udara dingin, sekat rongga hidung dan selaput lendir hidung yang akan mengalami gangguan. Rasa dingin itu akan menutup kapiler dan memblokir aliran darah sehingga terjaoli peradangan pada selaput lendir hidung.
Peradangan biasanya disertai dengan pembengkakan sehingga yang bersangkutan mengalami kesulitan bernapas dengan hidung. Perlu diketahui bahwa pada sekat rongga hidung selaput lendir itu berhubungan erat dengan tulang di bawahnya sehingga peradangan ini menimbulkan rasa nyeri. Di samping itu, selaput yang meradang juga akan menghasilkan lendir dalam jumlah banyak. Dalam waktu singkat selaput lendir yang meradang ini dapat ditembus oleh bakteri yang biasa sudah terdapat di sekitarnya. Itu sebabnya di musim dingin banyak orang menderita.
Udara yang diisap mungkin juga membawa bau-bauan. Bau itu akan diteruskan oleh udara ke rongga hidung yang terletak di bagian paling atas. Di tempat ini selaput lendir mengandung reseptor penerima bau dan udara yang sudah dibasahkan berupa suatu reseptor yang menerima rangsang kimia (chemo-receptor). Secara umum, sepertiga atas rongga hidung berfungsi untuk menerima bau dan dua pertiga untuk fungsi pernapasan.
Di sisi rongga hidung dapat ditemukan lubang yang ber-hubungan dengan rongga yang terdapat di dalam tulang rahang atas (sinus maxillaris), dan muara dari saluran air mata (ductus naso-lacrimalis). Hal ini menjelaskan mengapa seorang yang menangis mengeluarkan air matanya lewat hidung.
Pada keadaan normal udara dialirkan masuk ke dalam sinus itu, tetapi udara terlalu dingin juga dapat merusak selaput lendir (mucosa) sinus itu sehingga memudahkan terjadinya infeksi. Infeksi itu juga mudah terjadi karena pada saat menerima udara dingin rongga hidung juga bereaksi menjadi bengkak sehingga memblokir hubungan keluar sinus itu. Keadaan ini selanjutnya akan menyebabkan penurunan tekanan udara karena udara yang ada diisap oleh selaput lendir. Infeksi sinus ini dikenal sebagai sinusitis maxillaris yang ditandai oleh mengalirnya cairan (nanah) berwarna kuning bersama dengan lendir hidung. Penderita sinusitis biasanya juga mengeluh sakit kepala berat. Perlu diperhatikan bahwa sinus ini belum terbentuk pada anak kecil di bawah 5 tahun sehingga anak-anak tidak dapat mengalami sinusitis seperti orang dewasa.
Selain kedua saluran tadi, masih ada lagi muara saluran lain yang berhubungan dengan rongga yang terdapat di tulang dahi (sinus frontalis). Karena rongga itu terletak di atas hidung, salurannya juga tegak lurus ke atas. Oleh keberadaan muara saluran itu, seseorang tidak dianjurkan loncat ke air dengan posisi vertikal dan hidung terbuka ketika berenang. Loncatan dengan posisi demikian memungkinkan air masuk ke sinus dan menimbulkan perubahan tekanan mendadak kepada sinus akibat tumbukan udara dengan air sehingga mudah terjadi sinusitis frontalis.
Setelah melewati rongga hidung, udara masuk ke kerongkongan bagian atas (naso-pharynx) lalu ke bawah untuk selanjutnya masuk tenggorokan (larynx). Di naso-pharynx terdapat muara dari saluran eustachius yang menghubungkan kerongkongan dengan rongga telinga tengah (auris media). Pada anak kecil dan bayi, saluran ini panjangnya kurang lebih 2 cm dan berbentuk lurus, sedangkan pada orang dewasa lebih panjang dan berbelok. Karena bayi dan anak kecil biasanya berada dalam posisi berbaring, saluran ini sering berada dalam posisi tegak lurus. Sebagai akibatnya, jika terjadi pembengkakan akibat ‘pilek’, lendir yang mengandung bakteri mudah mengalir ke rongga telinga tengah sehingga terjadi infeksi yang dinamakan otitis media.
Rongga mulut dipisahkan dengan naso-pharynx oleh adanya langit-langit mulut lunak (palatum molle). Pada saat seseorang bernapas melalui hidung langit-langit ini turun sehingga udara mudah mengalir dari naso-pharynx ke tenggorokan. Sebaliknya, pada saat menarik napas melalui mulut palatum molle (langitlangit mulut lunak) itu akan tertarik ke atas menutup nano pharynx. Kondisi ini dapat digunakan untuk memeriksa bagian belakang mulut seseorang tanpa orang tersebut mengalami kerepotan. Pada saat menelan makanan, lidah tertarik ke depan dan epig/otis di belakangnya akan tertarik sedemikian sehingga menutup lubang masuk ke tenggorokan. Itu sebabnya, pada saat menelan seseorang terpaksa harus menahan napas. Mekanisme itu juga menahan makanan sehingga tidak salah masuk ke tenggorokan.
Untuk dapat berbicara, seseorang perlu mendorong udara melewati pita suara sehingga pita suara bergetar. Jika ia melakukannya pada saat mengunyah dan akan menelan makanan, besar kemungkinan makanan akan masuk ke tenggorokan karena epiglotis ia paksa untuk terbuka. Oleh karena itu, berbicara sambil makan tidak dianjurkan. Epiglotis adalah bagian dan tenggorokan (larynx). Bentuk dan posisinya mengantar makanan yang turn melalui celah di kirikanan larynx (recesssus pyriformis). Larynx terutama dibentuk oleh tulang rawan. Pada laki-laki setelah masa pubertas, larynx ini membesar dan menonjol di depan leher, disebut Adam’s apple (pomum adami). Di larynx juga ditemukan pita suara (plica vocally) yang terdiri dari bagian rawan dan bagian selaput. Pada posisi istirahat, udara pernapasan masuk melalui bagian rawan sehingga tidak menggetarkan pita suara. Pada seorang yang menderita asma, suara yang timbul pada waktu bernapas bukan berasal dari pita suara, melainkan melalui mekanisme pentil di cabang bronchus yang kecil (bronchiolus). Selaput lendir di sebelah atas dan sebelah bawah pita suara mempunyai persarafan yang berbeda. Selaput di bagian atas mempunyai kemampuan merasa sesuatu (persarafan somatis) sehingga dapat memberi rasa gatal atau nyeri. Sebaliknya, bagian di bawah pita suara tidak mempunyai kemampuan itu (persarafan otonom). Walaupun demikian, jika ada gangguan di daerah itu reaksinya tetap sama, yaitu berupa batuk. Batuk merupakan mekanisme untuk menghilangkan sesuatu yang terdapat di saluran pernapasan. Sesuatu itu bisa berupa lendir yang dihasilkannya sendiri atau benda asing lain yang merangsang selaput lendir.
Setelah melalui tenggorokan, udara masuk ke batang tenggorok atau trachea, dan sana diteruskan ke saluran yang bernama bronchus. Saluran dengan nama bronchus ini terdiri dan beberapa tingkat percabangan dan akhirnya berhubungan dengan alveolus di paru-paru. Percabangan bronchus yang bertingkat itu mirip dengan percabangan batang pohon menjadi dahan dan ranting. Daun-daun pada ranting dapat diibaratkan sebagai alveolus. Sama seperti pada pohon, sistem ini tidak boleh mengalami kebocoran. Pada pohon kebocoran menyebabkan keluarnya getah dan pada bronchus menyebabkan keluarnya udara yang akan membuat paru-paru kolaps. Penyakit yang mengenai saluran pernapasan sampai dengan bronchus dinamakan penyakit saluran pernapasan bagian atas (upper respiratory tract infection, URTI) dan umumnya disebutkan sebagai bronchitis saja. Jika sudah mengenai jaringan paru-paru, infeksi itu disebut juga pneumonia.
Dengan demikian, istilah bronchitis adalah suatu istilah umum yang tidak menjelaskan berat ringannya penyakit. Bronchitis tuberculosa adalah salah satu penyakit bronchitis berat; asthma bronchiole (asma) adalah penyakit pada bronchus yang sangat mengganggu dan dapat menjadi berat.
Sepanjang bronchus sampai hidung selaput lendirnya mempunyai bulu getar (respiratory epithelium) yang dapat mendorong benda asing dan lendir ke atas. Pada perokok rangsangan asap menyebabkan produksi lendir bertambah. Lendir itu menetap di bagian bawah pada siang hari karena yang bersangkutan biasanya berdiri, dan lendir itu mengalir keluar sepanjang malarn ketika
tidur. Karenanya, para perokok sering mengalami batuk pagi yang clisertai keluarnya lendir yang dinamakan smoker’s cough.
Perlu diperhatikan bahwa lendir di dalam bronchus jika berjumlah banyak akan menyumbat aliran udara. Jika jumlahnya sangat banyak, suatu cabang bronchus dapat tersumbat total sehingga lambat laun jaringan paru-paru di ujungnya mengalami pengempisan atau collapse (atelectase).Jika lendir itu cukup banyak dan belum menyumbat total, akan terjadi mekanisme pentil yang menyebabkan paru-paru di bagian ujung makin lama makin dibebani udara dan gelembung alveolusnya pecah. Orang itu menderita emphysema pulmonum yang biasanya menyebabkan sesak napas yang tak dapat diobati dengan obat biasa.
Selain itu, lendir yang banyak juga memudahkan penyebaran bakteri di tempat itu sehingga penderita mengalami infeksi yang dinamakan bronchiektasi yang ditandai oleh batuk dengan dahak yang sangat banyak.
Pada penderita asma, reaksi alergi yang dialaminya menyebabkan kontraksi otot yang mengelilingi bagian bronchus yang sudah tidak diperkuat oleh tulang rawan (bronchiolz). Sebagai akibatnya penderita sukar mengeluarkan napas dan penyempitan itu menyebabkan timbulnya suara (wheezing) pada saat dilalui udara pernapasan . Paru-paru (lung, pulmo) berjumlah 2 buah, terletak di dalam rongga dada dengan puncak menjorok di ens iga paling atas ke arah leher. Bagian paru-paru ini mengisi celah yang terdapat di atas tulang selangka (clavicula). Pada penderita sakit paru-paru (tuberculosa) paru-paru di bagian ini sering terserang sehingga sering kali bagian badan di tempat itu melekuk ke dalam.
Paru-paru kanan terbagi menjadi 3 lobus dan yang kiri menjadi 2 lobus. Jika diperlukan, paru-pare dapat dioperasi dan dibuang salah satu lobus itu tanpa membahayakan hidup penderitanya.
Mekanisme pernapasan diatur oleh sistem saraf dan kadar gas dalam darah. Untuk dapat menahan napas lebih lama, misalnya pencari mutiara, dapat mempersiapkan diri dengan menarik napas dalam-dalam dan mengeluarkannya beberapa kali secara cepat. Dengan cara ini terjadi perubahan keseimbangan gas sehingga kadar CO2 meningkat. Kondisi ini menyebabkan reaksi saraf yang menahan orang tersebut bernapas (apnoe) sehingga tercapai keseimbangan. Dengan menarik napas yang dalam, seseorang mengambil sebanyak mungkin udara dan oksigen, ditambah dengan periode apnoe tadi menyebabkan is mempunyai cadangan untuk lebih lama menahan napas.
Pada kondisi kesehatan yang terganggu dapat ditemukan suatu pernapasan yang tidak teratur. Yang bersangkutan akan terlihat bernapas, makin lama makin cepat, lalu berhenti dan kemudian mengulangi pola yang sama. Pola pernapasan ini dinamakan pernafasan Cheyne-Stokes. Mekanisme tersebut digunakan dalam upaya menambah kemampuan menahan napas. Kapasitas maksimal paru-paru berkisar sekitar 3,5 liter, tetapi kapasitas ini dapat ditingkatkan melalui latihan yang bersifat aerobik. Dalam keadaan normal udara pernapasan yang satu kali diisap dan dikeluarkan mempunyai volume sekitar 1 liter. Di daerah pegunungan yang sangat tinggi, dengan kadar oksigen rendah, penduduk biasanya mempunyai paru-paru dengan kapasitas lebih besar karena mereka memerlukan lebih banyak udara setiap kali bernapas. Kebiasaan merokok dapat mengurangi kapasitas paru-paru karena keberadaan lendir di dalam paru-paru. Di dalam rongga dada, paru-paru terbungkus oleh selaput yang dinamakan pleura. Selaput ini terdiri dari dua lapisan yang saling berhubungan membentuk rongga sehingga dikatakan paruparu terletak di dalam rongga pleura. Bagian yang melekat di permukaan paru-paru dinamakan pleura visceralis dan yang melekat pada dinding rongga dada sebagai pleura parietalis. Pleura visceralis mempunyai persarafan tidak sadar seperti paru-paru, sedangkan pleura parietalis mempuyai persarafan sadar (somatis) seperti dinding dada yang lain sehingga dapat merasa nyeri.
Di dalam rongga antara kedua lapisan itu terdapat cairan dan di dalam rongga ini didapatkan tekanan negatif. Tekanan negatif ini membantu menarik paru-paru melebar sehingga proses menarik napas dapat bersifat pasif. Jika terjadi kebocoran yang mengenai juga jaringan paru-paru (pneumothorax), keseimbangan tekanan ini terganggu sehingga paru-paru akan collapse. Kondisi ini bisa menjadi komplikasi membahayakan pada korban akibat tusukan pisau atau korban penembakan.
Pada penderita tuberculosa, penyakit juga sering mengenai lapisan pleura itu sehingga merangsang pembentukan cairan yang berlebihan. Sebagai akibatnya, terdapat penderita radang selaput pleura disertai cairan, yang sehari-hari masyarakat mengenalnya sebagai penyakit paru-paru basah. Gejala serupa juga dapat dijumpai pada penderita kanker paru-paru atau kanker hati yang merangsang pleura.
Penyakit pneumonia juga dapat mengalami penyebaran sehingga mengenai juga lapisan pleura. Sebagai akibatnya, dapat terjadi perlengketan kedua lapisan pleura pada tempat yang terkena infeksi (pleuritis sicca). Setelah sembuh, penderita akan mengalami rasa nyeri bila bernapas dalam. Kanker paru-paru sebenarnya lebih tepat dinamakan kanker bronchus karena memang mengenai jaringan bronchus di dalam paru-paru. Pada fase lanjut memang sulit dibedakan karena sudah mengenai banyak bagian paru-paru.
Udara yang diserap melalui alveoli akan masuk ke dalam kapiler yang selanjutnya dialirkan ke vena pulmonalis atau pem buluh balik paru-paru. Dari sana darah akan dialirkan ke serambi kiri jantung dan seterusnya. Pada penderita penyakit jantung, aliran ini bisa terganggu. Sebagai akibatnya, penderita sakit jantung dapat menyebabkan gangguan pada paru-paru dan mengalami sesak napas. Selain itu, bisa juga terjadi penimbunan cairan (oedem) di paru-paru. Penyakit ini tidak sama dengan paruparu basah.
Cor pulmonale adalah suatu penyakit kegagalan jantung (heart failure) sebagai akibat kerusakan paru-paru.fkunhas.com
Comments
Post a Comment